Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Percaya dan Yakin

Sebagai muslim, perkara percaya dan yakin adalah poin yang penting. Saya sudah menjadi seorang yang beragama Islam, namun baru memahami arti percaya dan yakin ini beberapa bulan terakhir. Kebanyakan manusia harus diberikan ujian dahulu baru memahami apa yang Allah maksud. Lagi-lagi Allah terlalu baik pada hambaNya ini. Pada hakikatnya, manusia tidak mampu bahkan tidak sanggup untuk mengurusi semua urusan dunianya. Dalam beberapa peristiwa yang saya alami beberapa bulan ini membuat saya mulai sedikit demi sedikit menyertakan Allah dalam setiap urusan saya. Dari hal sangat penting sampai hal kecil dari hidup saya. Kenapa harus pelan-pelan? Menurut saya, saya masih dalam tahap belajar, sehingga saya tidak ingin terburu-buru dan ingin menikmati proses saya mendekati Yang Kuasa. Dalam proses yang pelan-pelan ini pun saya masih sering khilaf dan lupa menyertakan Allah dalam setiap urusan saya. Tapi lagi-lagi Allah Maha Baik, mengingatkan hambaNya kembali. Saya mulai membangun percaya

#NotetoMySelf: Allah Tidak Tidur

Beberapa hari ini saya berpikir bahwa mempelajari ilmu agama dengan sebaik-baiknya adalah penting. Bagian yang menurut saya paling penting adalah mengenai kefanaan dunia. Dunia itu hanya sementara, saudaraku. Dalam Alquran, Allah mengatakan setidakberharganya semua kenikmatan dunia, dibandingkan dengan kenikmatan Akhirat yang akan Allah berikan kelak. Tiap saya merasa bahwa nikmat yang sebenarnya adalah kesenangan dunia, saya selalu berusaha mengingat bahwa kenimatan dan kebahagiaan dunia itu semua. Dunia itu tidak kekal, Dunia itu sementara. Bahkan perbanyaklah memohon kepada Allah agar tidak menempatkan dunia di dalam hati kita, tapi cukup dalam genggaman tangan saja. Betapa sedihnya saya, ketika pemahaman tentang dunia ini belum sampai pada satu pihak yang beberapa hari ini membuat saya banyak beristigfar. Sebesar itukah penggambaran nikmat dunia yang setan gambarkan pada hati dan pikiran kalian? Apakah tidak terbersit sedikitpun dalam benak kalian bahwa orang yang kalian dzali

Tinggal dan Menetap

"I always loved him, but he was never home" -Atticus Saya selalu suka dengan analogi rumah. Mencari orang yang akan menjadi tujuan pulang ketika kita sudah lelah berkelana. Mencari orang yang akan menyejukan hati ketika hanya melihatnya. Mencari orang yang bersedia berbagi keluh dan kesah dan bersedia menyediakan bahu dan tangannya untuk dapat kita singgahi untuk sekedar melepas lelah. Itulah rumah. Rumah selalu menjadi tujuan pulang ketika kita sudah penat menjelajah dunia luar. Rumah menjadi tempat beristirahat dari hal apapun. Mencari orang yang tepat untuk menemani hari-hari selamanya, seperti mencari rumah untuk dapat kita tinggali selama bertahun-tahun. Dalam usia sekarang, saya masih mencari rumah saya. Dan tiga tahun yang lalu, saya merasa seperti menemukan rumah saya. Saya berusaha untuk mengisinya dengan hal-hal yang baik agar ia nyaman untuk saya tinggali. Namun, usaha saya terlalu berlebih. Rumah itu ternyata tidak nyaman untuk saya tinggali. Saya pergi de