Langsung ke konten utama

Semoga Allah Tidak Meninggalkan

Keadaan hidup saya beberapa bulan belakangan ini membuat saya harus hidup berpisah-pisah dengan ibu saya dan adik saya yang pertama. Mungkin itu namanya kehidupan, tidak selamanya kita akan dikumpulkan oleh Allah dalam satu tempat. Bahkan kita akan terpisah selamanya oleh kematian. Walaupun saya tinggal di rumah eyang saya yang notabene ramai, tapi seringkali saya hanya merasa sendirian. 

Tapi dalam kesendirian yang saya rasakan malah membuat saya semakin mendekatkan diri ke Allah. Karena semakin dewasa (re: tua) saya semakin sadar, saya hanya punya Allah. Saya selalu berdoa kepada Allah, biarpun saya sendirian tapi jangan biarkan saya kesepian. Saya selalu berdoa agar Allah tidak pernah meninggalkan saya, melepas tanganNya dari saya. Saya selalu berdoa agar Allah mencukupkan hati saya dengan Allah.

Hari ini, ibu saya akan kembali ke tempat kerjanya, sedang adik saya akan kembali ke tempat ia menuntut ilmu. Terus tetiba saya sedih. Saya berdoa kembali agar Allah tidak membiarkan saya merasa kesepian walaupun sendirian. Karena kehadiran Allah didekat saya sudah lebih dari cukup. Saya semakin merasa jika semakin saya membutuhkan Allah, semakin Allah hadir dalam tiap urusan dunia saya. Tapi, saya juga semakin merasa berdosa... dan semoga dosa saya bisa dimaafkan oleh Allah hingga nanti Allah memanggil saya.

Sebenarnya saya takut sekali untuk merasa sendirian dan hampa. Entah kenapa. Tapi, Allah memang terlalu baik sama hambaNya yang satu ini. Dia tidak pernah membiarkannya merasa kesepian. Allah selalu mendengarkan apapun yang hambaNya ini ceritakan. Yang senang, yang sedih, apapun. Allah senantiasa memberikan kejutan-kejutan kecil dalam titik-titik terendah saya. Allah tahu bagaimana membangkitkan kembali semangat hambaNya yang sudah berusaha ia isi ke alfamart. *krik*

Karena pada akhirnya, kita memang sendirian di dunia ini. Dari sejak masih dalam alam roh hingga nanti kita mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita di dunia, saat hari akhir di akhirat. Hanya Allah yang tidak akan meninggalkan hambaNya dalam keadaan apapun, disaat yang lain sibuk dengan urusannya masing-masing.

Semoga Allah tidak meninggalkan  kita dan senantiasa hadir dalam setiap urusan kita. Aamiin.

Komentar

Popular

Kalau Saya Boleh Memutar Waktu

Saya pernah mendengar percakapan seperti ini ketika suatu hari ada acara keluarga; "Katanya nanti pas SMP, Rama mau dimasukin pesantren, padahal kakak-kakaknya sarjana semua.." WALA. Pernyataan yang cukup bikin saya mengernyitkan dahi. Dulu sekali ketika saya masih berada di zaman jahiliyah (yadu), persepsi yang ditanamkan pada otak saya mengenai pesantren itu negatif. Mengapa? Ya karena keluarga saya mengatakan bahwa pesantren itu tempatnya anak-anak nakal. Pesantren itu tempat di mana si anak-anak nakal ini 'dididik dengan cara yang sangat tegas' agar ketika keluar pesantren tidak lagi jadi anak nakal. Pola didiknya seperti disuruh mengepel lantai, nyapu, masak, pokoknya kegiatan-kegiatan semacam inilah. Penanaman ide ini timbul karena adanya pengalaman dari kakak sepupu saya yang dulu pernah 'dititipkan' di pesantren. Kakak sepupu saya ini memang mengalami hal yang tidak mengenakan, tapi tidak separah persepsi yang ditanamkan di otak saya. Karena...

Bising

Luarku tampak tenang Tapi, otakku bergemuruh Seperti ombak di tengah samudera Menghantam kapal-kapal nelayan Yang tengah mencari ikan. Aku diam Namun, kebisingan ini tak mau hilang. Aku menangis, Kukira ia akan pergi melalui Rembesan air yang mengalir. Suara-suara itu masih ada Tak mau diam Hingar bingar itu masih terasa Tak mau pergi Perutku pun bergemuruh Meminta haknya yang tak jua diisi Karena hingar bingar ini membunuh Semua rasa laparku Aku menutup mata Masih dengan harap yang sama Hanya supaya tak lagi bising Sudah berhenti Aku ingin memejamkan mata sejenak Kembalilah di waktu lain

Ada Apa dengan Saya?

"Semuanya aja di- uninstall ..", ujar seorang teman saya ketika saya memberitahukan bahwa saya tidak lagi memakai satu aplikasi media sosial. Pelik dan rumit. Mungkin dua kata itu yang dapat menggambarkan keadaan pikiran saya akan keadaan sosial saya saat ini. Saya merasa tidak ingin diketahui keberadaan dan aktivitas yang sedang saya lakukan. Saya merasa saya sedang menarik diri dari lingkungan lama saya. Saya merasa ingin tenggelam saja sendiri bersama pikiran-pikiran saya. Saya kenapa? Saya pun tidak tahu jawabannya. Sudah hampir enam bulan saya pergi dari satu media sosial, instagram. Bukan karena alasan media sosial ini diidentikan dengan 'pamer kehidupan', tapi saya enggan melihat aktivitas orang-orang. Hal ini berdampak pada rasa membanding-bandingkan saya dengan orang lain. Tidak terlalu sering, tapi cukup mengganggu. Saya menelaah lagi lebih dalam ketika saya mulai 'hijrah' ke platform media sosial yang lain, Twitter. Karena sudah tidak sepopu...

Surat Cinta untuk Rabbnya - Niat

Iman manusia itu tidak tetap, cenderung naik dan turun. Rasul yang benar-benar Allah jaga saja masih banyak-banyak berdoa agar ditetapkan iman Islamnya. Akhir-akhir ini sedang kembali memperbaiki niat dalam banyak hal terutama ibadah. Niat 'karena Allah' itu kadang masih bias. Jadi ketika ingin ibadah, mempertanyakan lagi, saya niat sholat untuk apa ya? Udah benar karena Allah belum ya? Atau karena sudah terbiasa sholat jadi ya kurang saja kalau belum sholat.  Bahkan, hingga sekarang saya masih meraba bekerja karena Allah itu seperti apa. Niat juga berhubungan dengan yang namanya muraqabah; perasaan yang membuat kita sadar bahwa Allah Maha Melihat dan Mengawasi hamba-Nya. Sifat ini yang lagi saya pupuk pelan-pelan agar apa-apa yang saya kerjakan saya selalu ingat, Allah lihat loh. Bukan hanya di permukaan, tapi sampai titik terdalam diri. Perkara niat ini cukup menyentil karena kajian Ust. Oemar Mita. Dalam videonya beliau bilang, 'niat ibadah karena Allah itu utama,...

Surat Cinta untuk Rabbnya - Ada yang Tidak di Situ Lagi

Menjelang sore hari kemarin tetiba hati saya rasanya hampa sekali. Tiba-tiba saya ingin segera menyelesaikan semua pekerjaan saya dan tidur. Hampa. Kosong. "Ini kenapa ya.." Saya rindu masjid. Saya rindu ketika kapan saja saya bisa bermunajat ke sana. Terutama ketika hati dan pikiran sedang tak karuan. Duduk lama. Membaca mushaf. Mendengar kajian. Melihat orang-orang sedang bersujud, berbicara pada Rabbnya. Saya rindu sekali masjid. Ketika tujuan pulang saya bukan rumah, tapi masjid. Sekadar mampir untuk berkunjung ke rumah Allah. Masjid. Di mana pun selalu memberikan ketenangan yang berbeda. Selalu memberikan rasa aman yang didamba. Selalu membuat ingin berlama-lama. Saya rindu berdiam diri di masjid. Tak ada rasa yang paling menenangkan ketika sudah mengeluarkan semua kegundahan di hati melalui ucapan istigfar. Tak ada yang lebih menguatkan daripada lafaz Lahawla. Tidak banyak doa yang diucap, hanya mohon ampunan. Berharap, masih ada kesempatan untuk ja...