Langsung ke konten utama

Opin Jalan-jalan!: Ada apa sih di Ibu Kota? #1

Kepenatan skripsi dalam 5 bulan terakhir kemarin, membuat saya uring-uringan sendiri. Hanya satu dibenak saya saat itu, travel! Saya berpikir ini adalah satu-satunya cara agar pikiran saya kembali segar dan dapat menulis bab selanjutnya dengan baik. Tapi, dengan keterbatasan budget untuk jalan-jalan ke luar kota, saya pun memutuskan untuk berkeliling Jakarta. Terdengar membosankan? 

Image result for tunggu dulu
https://aenze.blogspot.com/2013/01/tunggu-dulu-puisi-martinus-sihwanto.html

     Destinasi wisata di Jakarta memang bukan berpusat di destinasi alam, seperti gunung (yaiyalah!) atau pantai. Walaupun ada pantai di ujung Jakarta sana. Nah, karena saya memang lebih suka wisata yang ada edukasinya, makanya saya milih untuk berkunjung ke museum dan galeri seni. Maka kemarin saya menghibur diri saya dengan putar-putar ke destinasi yang memang mengedukasi. Kemana sajakah saya? Mungkin bisa jadi referensi untuk kamu-kamu yang ingin 'cuma' muter-muter naik Trans Jakarta tapi nambah pengetahuan. 

Musem MACAN! (rawr~)
Museum ini beberapa bulan belakangan menjadi salah satu destinasi yang instagramable banget. Kalau dibenak kamu museum ini berisi patung-patung macan dari seluruh Indonesia, mungkin kamu bisa sampingkan dulu imajinasi itu. MACAN adalah akronim dari Modern and Contemporary Art in Nusantara. Museum yang berada dibilangan Kebon Jeruk ini, menampilkan karya dari 90 seniman Indonesia dan dunia. Pembuatan museum ini bertujuan untuk menyampaikan sebuah narasi atas dialog mengenai sejarah seni Indonesia dan dunia dalam kurun waktu 178 tahun. Akses untuk ke Museum MACAN juga cukup mudah dijangkau jika menggunakan TransJakarta, tidak jauh dari Halte Kebon Jeruk. Tidak perlu memesan ojek daring atau naik angkutan umum. 

Untuk penikmat seni, mungkin museum ini tidak jauh berbeda dari galeri seni lainnya. Tapi alasan utama saya ke sini karena ingin melihat salah satu karya dari salah satu seniman kontemporer favorit saya, Yayoi Kusuma. Ibuk Yayoi ini nyentrik banget deh pokoknya, dengan gaya yang biasa disebut psychedelic, beliau berhasil memukau dengan salah satu karyanya yang terkenal, Infinity Mirrored Room. Seneng banget waktu tau karyanya bisa dinikmati di Indonesia. Oh iya, kalau kamu mungkin pernah atau sering ke Gandaria City, ada salah satu instalasi Ibuk Yayoi yang berjudul Great Gigantic Pumpkin, yang bentuknya labu besar berwarna kuning dengan pola polkadot di seluruh bagian labu.


Nah ini fotonya. Lampu-lampu yang di belakang itu bisa berubah-ubah warnanya. Cantik banget deh pokoknya. Karena instalasi ini adalah sebuah ruangan kaca, maka per pengunjung hanya dibatasi kurang dari 1 menit untuk bisa berfoto di sini.

Selain itu, tentu saja banyak lukisan dan instalasi seni lainnya dari seniman Indonesia dan dunia yang tidak kalah menarik untuk dinikmati. Seperti ini nih~






Ada juga ruangan khusus anak-anak, Children's Art Space, yang berkolaborasi dengan instalasi karya Entang Wiharso berjudul Floating Garden. Dan lagi-lagi saya dibuat takjub dengan karya di ruangan ini karena benar-benar merasa seperti berada di alam terbuka. Di Children's Art Space ini, anak-anak bisa menggambar bebas, mewarnai pola dan gambar yang sudah disediakan, atau mengarsir diatas pola-pola timbul. Nah, untuk yang penasaran, bisa mampir dulu ke situsnya Museum MACAN di www.museummacan.org. Selamat berkunjung!

Tempat lainnya yang juga saya kunjungi dalam seri jalan-jalan-untuk-melepas-penat kali ini yakni ke Museum dan Galeri Foto Jurnalistik ANTARA di daerah Pasar Baru. Lokasinya dekat sekali dengan tempat perbelanjaan Pasar Baroe, jadi sehabis liat galeri bisa melipir beli kain di Pasar Baroe~


Museum dan Galeri Foto Jurnalisitik ANTARA ini memiliki dua lantai. Pada lantai pertama, terdapat koleksi foto-foto jurnalistik. Kebanyakan foto-foto kegiatan Presiden RI dari Pak Sukarno sampai foto terbaru dari Pak Jokowi. Foto yang cukup menarik perhatian saya adalah foto saat iring-iringan mobil jenazah Pak Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Tapi sebelum itu....kita sambut oleh patung fotografer dengan kamera zaman dahulu, yang (selalu) ngagetin saya. Hahaha!


          
Foto pertama adalah foto mobil jenazah dari Pak Abdurrahman Wahid, foto kedua adalah Pak Suharto dan Pak Habibie, foto ketiga adalah foto Pak Sukarno dan Pak Suharto, dan foto terakhir adalah foto saat reformasi 1998.

Di lantai dua, ada diorama-diorama, peralatan jurnalisitik zaman dahulu, mesin tik, hingga sepeda yang digunakan para jurnalis zaman dahulu. Menarik banget pokoknya. Banyak bagian-bagian di lantai dua yang instagramable, tapi lebih dari itu menyimpan banyak cerita dan pengetahuan mengenai dunia jurnalistik di masa awal kemerdekaan.



Yang tidak kalah menarik dari Museum dan Galeri Foto Jurnalistik ANTARA ini adalah..........pintu kamar mandinya! Saya pun terhibur sendiri melihat foto yang ditempel di depan pintu toilet untuk membedakan toilet laki-laki dan perempuan. Ada foto siapa tebak?! Koruptor.......:)
Foto Angelina Sondakh di pintu toilet perempuan dan Setya Novanto di pintu toilet laki-laki. Menarik. Nih kayak gini~

                 
Ah ya, museum ini koleksinya bisa berganti-ganti. Kalau ada pameran foto yang memang bekerja sama dengan museum ini, maka koleksinya berganti dalam jangka waktu tertentu. Seperti yang diliput oleh #Liputan6 saat ada pameran foto bertajuk Arkamaya yang diadakan pada tahun 2016.

http://photo.liputan6.com/read/2476268/pameran-foto-jurnalistik-arkamaya-di-galeri-antara?page=1
Keliling museum di Jakarta sekarang ini sudah lebih mudah lagi karena memang difasilitasi oleh Pemda. Misalnya dengan ada bus tingkat gratis yang ada di depan Masjid Istiqlal. Ada wisata sejarah Jakarta, ada wisata Kota Tua Jakarta, ada juga rute yang muterin sekitar gedung-gedung pencakar langit di Jakarta. Tinggal dipilih! Mau semuanya? Boleh bangeeet. Tapi saran aja, harus udah datang dari pagi, apalagi ketika akhir pekan, antriannya bisa mengular.

Mumpung masih awal tahun, asik kali ya kalau mulai nabung untuk berwisata ke luar negeri. Buat yang masih bingung bisa banget nih dilihat kolom Travel di Liputan6.com, bisa dijadiin rekomendasi destinasi wisata dalam dan luar negeri, juga berita-berita terkait jalan-jalan. 

Tunggu apalagi? Mulai bikin rencana jalan-jalan yuk!

Komentar

Posting Komentar

Popular

#NotetoMySelf Tiga Kunci

Hari ini saya kembali dihadapkan pada kenyataan bahwa sekarang saya sudah berada dalam sebenar-benarnya kehidupan. Lulus dari perkuliahan lantas tidak membuat kehidupan saya lebih mudah, malah membuat saya harus selalu menguatkan diri saya dan tidak boleh lagi cursing diri saya. Untuk diri saya, ini adalah tiga kunci yang saya berikan sebagai pengingat setiap detiknya. Tetaplah bungkus pikiranmu bahwa dunia ini hanya sementara ketika kamu mulai lelah, namun jangan pernah berhenti. You can take a break, but don't quit . Istigfar - Sudah berpikir berapa banyak dosa yang kamu lakukan tiap detiknya? Maka perbanyaklah istigfarmu dengan harapan Allah akan memaafkan sedikit demi sedikit tumpukan dosamu. Perbanyaklah istigfarmu dengan harapan Allah akan mempermudah langkahmu. Perbanyaklah istigfarmu dengan harapan Allah akan selalu mengizinkanmu untuk dapat dekat denganNya. Tahmid - Sudah pernah mencoba menghitung nikmat apa yang Allah berikan kepadamu setiap menitnya? Kamu p...

Hitam

Setelah sekian lama tidak bertemu dengan titik hitam itu, ia kembali menemui saya. Mungkin tak segelap dulu, tapi tetep menyiksa. Segala gelisah dan cemas, saya paksa redam dalam tidur berjam-jam. Namun, rasa tak enak masih ada dan seperti tak berkesudahan. Saya harus merelakan tiga hari untuk meringkuk di kasur. Berusaha menerima segala emosi negatif yang sedang datang membelenggu. Semua daya upaya untuk meredakannya seperti ditepas sana dan sini. Tak ada pilihan selain merangkulnya, menerima diri saya yang sedang meredup. Pikiran yang lalu seakan bersautan.  "Kenapa.." ada di tiap bagian otak saya yang tentu saja tidak akan menemukan jawabnya. Dan dari semua yang paling menyiksa adalah pikiran bahwa saya sendirian. Berulang kali saya coba katakan bahwa hal itu tidak benar, tapi berulang kali juga sisi waras saya kalah. "Iya, saya sendirian. Iya, tidak ada yang peduli. Iya, dunia akan selalu baik-baik saja meski saya tidak ada." Lalu, sekelebat bayangan keluarga me...

Bising

Luarku tampak tenang Tapi, otakku bergemuruh Seperti ombak di tengah samudera Menghantam kapal-kapal nelayan Yang tengah mencari ikan. Aku diam Namun, kebisingan ini tak mau hilang. Aku menangis, Kukira ia akan pergi melalui Rembesan air yang mengalir. Suara-suara itu masih ada Tak mau diam Hingar bingar itu masih terasa Tak mau pergi Perutku pun bergemuruh Meminta haknya yang tak jua diisi Karena hingar bingar ini membunuh Semua rasa laparku Aku menutup mata Masih dengan harap yang sama Hanya supaya tak lagi bising Sudah berhenti Aku ingin memejamkan mata sejenak Kembalilah di waktu lain

Damai yang Mematikan

"Sudah sudah jangan ribut," tegur ibu saya malam ini pada saya dan adik saya. Kami berdua sedang beradu argumen tapi tidak serius, kami pun tahu. Lalu, ibu saya bilang bila pusing mendengar kami. Saya pun menyaut. "Berantem itu bagian dari perkembangan dan tumbuh. Gak akan tumbuh kalau gak berantem. Lagian jadi gak tau apa yang mau disampaikan." Lancar sekali dan terdengar kurang sopan ya. Namun, ibu saya harus tahu kalau kami berdua sudah besar dan paham bagaimana caranya berdiskusi. Sebagai saudara, rasanya wajar toh berselisih pendapat.  Setidaknya saya tahu perspektif adik saya atas satu hal, dan saya pun bisa mengutarakan pendapat saya. Selama tidak pakai bahasa yang kasar, menurut saya ya wajar saja. Lalu, saya menyadari. Pikiran saya melayang ke keadaan rumah bertahun-tahun lalu.  Orang tua kami selalu terlihat adem-ayem saja. Tak pernah tengkar bentak sana sini. Tak pernah saling caci maki di depan kami. Kalau membaca literasi soal 'parenting' ini ad...

Bertanya

"Libatkanlah Allah dalam hal sekecil apapun." Pernyataan itu terngiang di kepala saja sejak lama. Saya berusaha supaya Allah terlibat dalam tiap langkah hidup saya. Bahkan, ketika saya memutuskan untuk bertemu yang terakhir kali saja saya berdoa dalam-dalam; "Kalau Opin gak boleh ketemu, tolong hujan aja ya Allah, tapi kalau boleh dan Opin nggak apa-apa tolong dibantu." Lalu, di hari yang sudah sangat gelap itu, tidak setetes air pun turun, hingga saya sampai di rumah. Saya percaya, Allah akan selalu bantu, Allah akan kasih arahan. "Kalau tidak baik, mohon dilapangkan.." Doa itu kembali saya ulang-ulang, hingga sepertinya hati sudah lapang. Ada yang tadinya mendekat, lalu pergi kemudian. Meski saya tidak tahu ke depannya seperti apa, tapi hati rasanya lapang dan hanya menerima dan berprasangka bahwa ini adalah jawaban dari doa. Ketika hari-hari yang lalu, manusia ini jadi nama pertama yang muncul, kini tidak lagi. Bahkan, ketika melihat namanya muncul, tak...