Mengetik tulisan ini dalam keadaan yang netral.
Akhir-akhir ini saya concern sekali dengan makna bahagia. Saya mencari sebenarnya seperti apa makna bahagia di usia tanggung saya ini, remaja tidak lalu disebut manusia dewasa juga belum.
Lalu saya baru sampai pada satu kata, ketenangan. Rasanya bisa berada di keadaan hati yang tenang, tidak merungsingkan sesuatu, itu kebahagiaan untuk saya.
Saya, yang sebelas bulan belakangan berada dalam keadaan hati yang sedikit kacau, sangat mendamba keadaan hati saya saat ini, netral. Tidak kemana-mana.
Saya bersyukur, sangat. Allah akhirnya meredakan segala gemuruh yang saya pikir tak akan reda. Akan reda, meski tak tahu kapan.
Bahagia.
Berkali-kali kalimat ini saya ucapkan untuk teman-teman saya, 'bahagia ya, bahagia yang banyak'. Pun bahagia tiap manusia akan berbeda. Maka mereka harus berbahagia dengan caranya masing-masing.
Pikiran tentang makna bahagia ini pun mengantarkan pada pikiran-pikiran lainnya salah satunya menikah.
Saya yang dulu enggan rasanya untuk menikah karena saya pikir akan rumit sekali dan menurut saya itu bukan satu-satunya cara untuk bahagia, akhirnya memutuskan untuk menikahi seseorang suatu hari nanti.
Lalu, pikiran yang sedang melalang buana dengan liarnya ini berhenti pada;
"Wah ketika saya nanti bertemu seseorang dan akhirnya harus menghabiskan hidup saya dengan dia insyaAllah selamanya, pasti akan jadi salah satu momen yang menjawab pertanyaan saya di masa ini tentang bahagia."
Membayangkannya saja rasanya sudah tidak sabar.
Dan ingin berkata, "Hey kamu, terima kasih ya sudah mau berbagi keluh dan kesah di perjalanan ini." Terus saya beri senyuman super lebar.
Bahagia ya, yang banyak, selalu dan terus-terusan.
:)
Akhir-akhir ini saya concern sekali dengan makna bahagia. Saya mencari sebenarnya seperti apa makna bahagia di usia tanggung saya ini, remaja tidak lalu disebut manusia dewasa juga belum.
Lalu saya baru sampai pada satu kata, ketenangan. Rasanya bisa berada di keadaan hati yang tenang, tidak merungsingkan sesuatu, itu kebahagiaan untuk saya.
Saya, yang sebelas bulan belakangan berada dalam keadaan hati yang sedikit kacau, sangat mendamba keadaan hati saya saat ini, netral. Tidak kemana-mana.
Saya bersyukur, sangat. Allah akhirnya meredakan segala gemuruh yang saya pikir tak akan reda. Akan reda, meski tak tahu kapan.
Bahagia.
Berkali-kali kalimat ini saya ucapkan untuk teman-teman saya, 'bahagia ya, bahagia yang banyak'. Pun bahagia tiap manusia akan berbeda. Maka mereka harus berbahagia dengan caranya masing-masing.
Pikiran tentang makna bahagia ini pun mengantarkan pada pikiran-pikiran lainnya salah satunya menikah.
Saya yang dulu enggan rasanya untuk menikah karena saya pikir akan rumit sekali dan menurut saya itu bukan satu-satunya cara untuk bahagia, akhirnya memutuskan untuk menikahi seseorang suatu hari nanti.
Lalu, pikiran yang sedang melalang buana dengan liarnya ini berhenti pada;
"Wah ketika saya nanti bertemu seseorang dan akhirnya harus menghabiskan hidup saya dengan dia insyaAllah selamanya, pasti akan jadi salah satu momen yang menjawab pertanyaan saya di masa ini tentang bahagia."
Membayangkannya saja rasanya sudah tidak sabar.
Dan ingin berkata, "Hey kamu, terima kasih ya sudah mau berbagi keluh dan kesah di perjalanan ini." Terus saya beri senyuman super lebar.
Bahagia ya, yang banyak, selalu dan terus-terusan.
:)
Komentar
Posting Komentar