Langsung ke konten utama

Surat Cinta untuk Rabbnya - Sumur Kering

"Katakanlah (Muhammad), Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; maka siapa yang akan memberimu air yang mengalir?" [67:30]
-
Saya masih ingat sekali bagaimana ayat ini menempel di otak saya, lalu menyentuh hati. Saya masih ingat, ayat ini saya lihat di acara ceramah pagi kala masih duduk di bangku SMA. Saat itu, Ust. Yusuf Mansur berkisah bahwa ada orang yang mengalami kekeringan di rumahnya, lalu membaca ayat terakhir dari surat Mulk ini. Dengan kuasa Allah, mengalirlah air dari sumur yang sudah kering selama beberapa bulan.

Dari ceramah itu saya berpikir, Allah tidak hanya memelihara hal-hal besar yang terlihat dan terjangkau. Tapi merawat manusia sedemekian detailnya sampai hal terkecil pun.

Di ceramah lainnya, dikatakan mintalah pada Allah meski itu hanya garam.

Dari sini saya mulai cinta, cinta sekali dengan surat Al Mulk. Salah satu surat yang saya baca dan dengar dalam keadaan apapun. Utamanya dalam keadaan hati yang berat, pikiran yang kacau, perasaan yang gelisah.

Lalu dewasa ini,
dengan mentadaburi surat ini ada lagi ayat yang membuat diri merasa semakin kecil, tak berdaya, dan bukan apa-apa jika bukan karena Allah.

"Katakanlah, Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur." [67:23]

Manusia.. sedikit sekali bersyukurnya. Manusia.. jarang sekali meminta ampunanNya yang begitu luas.

Kufur atas nikmat, lalai atas nikmat adalah sebenar-benarnya cobaan. Allah telah memperlihatkan itu pada saya, bagaimana nikmat ibadah saya diambil sebentar ketika saya benar-benar jadi lalai atas nikmat lainnya. Bagaimana saya jadi manusia yang tidak punya arah, seakan-akan tidak punya Allah untuk dituju. Saya ingat betul dan saya takut, sangat takut bahkan Allah akan menegur saya seperti itu lagi.

Rasanya tidak mampu.

Tapi Allah dengan ampunan dan rahmatNya yang luas, dengan kebaikanNya yang luas pula, 'mengembalikan' saya.

Tak ada harap selain Alquran dan Al Mulk bisa menjadi bekal di kehidupan selanjutnya. Bisa memberikan syafaatnya atas dosa-dosa yang bahkan telah Allah ampuni sebagiannya pun masih saja tetap banyak.

Bagaimana Allah menyentuh saya dari ayat tentang sumur kering. 

Mungkin saat itu Allah tahu hati saya sedang kering dan hampa. Lalu Ia alirkan air sebagaimana tertulis di ayat itu.

Allah seakan berkata, 'Biar Aku yang urus'.

"Andai kamu tahu bagaimana Allah mengatur urusan hidupmu, pasti hati kamu akan meleleh karena cinta kepadaNya." -Ibnul Qoyyim Al Jauziyah


Komentar

Popular

Surat Cinta untuk Rabbnya - Pasrah

Ingatan saya kembali pada hal-hal yang selalu Allah berikan untuk saya. Bagaimana proses saya menuju hal tersebut. Pasrah. Semua Allah beri ketika keadaan saya pasrah, ketika saya tak berharap pada apapun, ketika saya berkata 'Yang terbaik menurutMu ya Rabb'. Untuk sampai di titik itu lagi, Saya butuh hati yang benar-benar lapang. Tak terjerumus pada kesemuan dunia. Ya Rabb, Saya belum dalam keadaan pasrah lagi pada tiap ketentuan dan ketetapanmu. Ya Rabb, Bantu saya untuk memasrahkan semuanya, hingga hati ini tak lagi gelisah, hingga diri tak lagi meronta. Ya Rabb, Jadikanlah hambaMu pasrah..

RumahNya

Terbersit rasa ingin berlama-lama di masjid sepulang kantor.  Kala hati gundah gulana dan matahari masih mengangkasa, tujuan akhir bukan rumah tapi rumahNya.  Empuknya kasur tak bisa menggantikan kelegaan jiwa saat duduk bersimpuh di tempat yang paling tenang di dunia.  Kadang rumah hanya jadi tempat istirahat badan, tapi tidak dengan jiwa. Ia meronta, menuntut untuk segera dipertemukan dengan Yang Maha Menenangkan. Pandemi membuat semua lini kehidupan harus beradaptasi. Jarang saya mengutuk musibah yang dirasakan semua orang di dunia ini karena bekerja dari rumah adalah salah satu impian saya. Namun, pandemi membuat kegiatan rehat jiwa saya jadi terganggu. Cara lain harus ditempun. Kajian virtual tak akan pernah menggantikan nikmat duduk berlama-lama di majelis ilmu. Meski kajian sudah mulai dibuka kembali, tapi rasa khawatir masih menghampiri.  Semoga tidak hanya badan saya saja yang beradaptasi dengan situasi aneh ini, tetapi juga jiwa yang meminta agar haknya dipenuhi.

Opin Jalan-jalan!: Ada apa sih di Ibu Kota? #1

Kepenatan skripsi dalam 5 bulan terakhir kemarin, membuat saya uring-uringan sendiri. Hanya satu dibenak saya saat itu,  travel!  Saya berpikir ini adalah satu-satunya cara agar pikiran saya kembali segar dan dapat menulis bab selanjutnya dengan baik. Tapi, dengan keterbatasan budget untuk jalan-jalan ke luar kota, saya pun memutuskan untuk berkeliling Jakarta. Terdengar membosankan?  https://aenze.blogspot.com/2013/01/tunggu-dulu-puisi-martinus-sihwanto.html      Destinasi wisata di Jakarta memang bukan berpusat di destinasi alam, seperti gunung ( yaiyalah! ) atau pantai. Walaupun ada pantai di ujung Jakarta sana. Nah, karena saya memang lebih suka wisata yang ada edukasinya, makanya saya milih untuk berkunjung ke museum dan galeri seni. Maka kemarin saya menghibur diri saya dengan putar-putar ke destinasi yang memang mengedukasi. Kemana sajakah saya? Mungkin bisa jadi referensi untuk kamu-kamu yang ingin 'cuma' muter-muter naik Trans Jakarta tapi nambah pengetahuan

Kalau Saya Boleh Memutar Waktu

Saya pernah mendengar percakapan seperti ini ketika suatu hari ada acara keluarga; "Katanya nanti pas SMP, Rama mau dimasukin pesantren, padahal kakak-kakaknya sarjana semua.." WALA. Pernyataan yang cukup bikin saya mengernyitkan dahi. Dulu sekali ketika saya masih berada di zaman jahiliyah (yadu), persepsi yang ditanamkan pada otak saya mengenai pesantren itu negatif. Mengapa? Ya karena keluarga saya mengatakan bahwa pesantren itu tempatnya anak-anak nakal. Pesantren itu tempat di mana si anak-anak nakal ini 'dididik dengan cara yang sangat tegas' agar ketika keluar pesantren tidak lagi jadi anak nakal. Pola didiknya seperti disuruh mengepel lantai, nyapu, masak, pokoknya kegiatan-kegiatan semacam inilah. Penanaman ide ini timbul karena adanya pengalaman dari kakak sepupu saya yang dulu pernah 'dititipkan' di pesantren. Kakak sepupu saya ini memang mengalami hal yang tidak mengenakan, tapi tidak separah persepsi yang ditanamkan di otak saya. Karena

#NotetoMySelf Tiga Kunci

Hari ini saya kembali dihadapkan pada kenyataan bahwa sekarang saya sudah berada dalam sebenar-benarnya kehidupan. Lulus dari perkuliahan lantas tidak membuat kehidupan saya lebih mudah, malah membuat saya harus selalu menguatkan diri saya dan tidak boleh lagi cursing diri saya. Untuk diri saya, ini adalah tiga kunci yang saya berikan sebagai pengingat setiap detiknya. Tetaplah bungkus pikiranmu bahwa dunia ini hanya sementara ketika kamu mulai lelah, namun jangan pernah berhenti. You can take a break, but don't quit . Istigfar - Sudah berpikir berapa banyak dosa yang kamu lakukan tiap detiknya? Maka perbanyaklah istigfarmu dengan harapan Allah akan memaafkan sedikit demi sedikit tumpukan dosamu. Perbanyaklah istigfarmu dengan harapan Allah akan mempermudah langkahmu. Perbanyaklah istigfarmu dengan harapan Allah akan selalu mengizinkanmu untuk dapat dekat denganNya. Tahmid - Sudah pernah mencoba menghitung nikmat apa yang Allah berikan kepadamu setiap menitnya? Kamu p