Langsung ke konten utama

Surat Cinta Untuk RabbNya - Arah

Manusia dalam banyak kesempatan jadi buta arah. Bukan tentang barat atau selatan, tapi mana yang benar dan batil.

Sang Penunjuk Arah kadang tak dihiraukan, diacuhkan begitu saja. Tersesat pun tetap tidak ingin meminta diarahkan.

Sang Penunjuk Arah hanya tersenyum melihat hamba-hambanya yang keras kepala.

Sekali dua kali masih termaafkan.
Tiga sepuluh kali apakah tidak malu bahkan untuk sekadar menaikkan tangan?

Sang Penunjuk Arah dengan segala kebaikan yang melekat pada diriNya selalu mengarahkan hamba-hambanya yang keras kepala kembali dalam alur yang beraturan.

Ada yang menolak, ada yang dengan senang hati menerima petunjuk arah.

Setiap kehilangan arah, manusia akan jadi gelisah dan gundah. Perasaan yang entah kapan bisa reda. Tersesat.

Lalu,
Secercah cahaya di ujung jalan adalah jawaban dari Sang Penunjuk Arah yang Maha Baik.

Cahaya itu menembus ke relung hati, sampai ke nurani. Entah apa, tapi tenang yang dirasa.

Tenang dan berarah serta bertujuan.

"Sabar," bisikNya. Manusia pun mendengar dalam sujud terdalamnya.

"Aku yang beri kamu sabar. Aku yang akan membuat reda. Aku tahu mana yang baik dan tidak untuk kamu. Aku Tuhan Semesta Alam."

Bukankah semua manusia ingin itu, diberi arah lalu ketenangan?

Komentar