Allah membiarkan manusia meminta sedetail-detailnya, sebanyak-banyaknya, sesering itu.. dalam hal apapun.
Berdoa tidak melulu soal hal besar, tapi sampai pada hal kecil semacam 'aduh lagi ingin makan ini ya Allah.'
Menyertakan Allah dalam tiap-tiap urusan pada praktiknya adalah hal yang tidak mudah. Seringnya manusia lalai ketika diberi nikmat, dan lupa pada Rabbnya. Tidak menyertakan Rabbnya dalam narasi kebahagiaan itu.
Tenggelam.
Prolog yang sebenarnya tidak terlalu berhubungan dengan apa yang ada di pikiran saya saat ini.
Menyoal soal spesifikasi doa, belakangan saya tidak terlalu meminta hal besar pada Allah. Seringnya saya minta untuk dikuatkan dalam menjalani apa-apa yang sudah ditetapkan. Memohon petunjuk dalam berjalan di dunia ini, mana yang Allah ridho dan ada berkahnya untuk saya.
Menyoal doa, saya sedang jarang meminta perkara jodoh, entahlah. Mungkin itu jadi salah satu hal yang ada di hati namun tak saya ucap, tapi yakin bahwa Allah Maha Mendengar.
Perkara soal jodoh, kriteria saya pernah setinggi langit. Lantaran, saya pernah menyadari bahwa saya mencari sosok imam yang akan memimpin saya dan keluarga saya kelak. Kriteria yang saya pikir terlalu muluk untuk saya yang biasa-biasa saja. Tapi, toh tak ada salahnya berharap Allah akan kabulkan kan?
Kemudian, kriteria ini jadi saya turunkan - terlalu muluk. Dan menurut saya, kriteria ini bisa 'sembari' dipelajari bersama, bila sama-sama berkeinginan untuk belajar.
Agama.
Rasulullah mengatakan agama sebagai kriteria pasangan paling terakhir, namun itu yang utama. Kadang, ketika berbicara agama sudah terlalu takut akan dipandang terlalu baik tapi ternyata itu hanya tipu daya setan supaya manusia semakin jauh dari Rabbnya.
Hal ini saya sadari karena percakapan dengan teman kemarin.
"Jangan diturunin, Pin standardnya. Sholat itu bukan kriteria, sholat itu wajib. KKM-lah istilahnya. Lo itu makmum, pasti mencari imam."
Dari narasi itu, saya seperti disadarkan bahwa sudah sholat saja belum cukup tapi bagi saya itu sudah seperti satu langkah menuju kebaikan selanjutnya.
Tak bisa dimungkiri, meski sholat adalah hal paling dasar tapi berapa banyak manusia yang sudah memiliki landasan seperti itu?
Perjalanan mengenal manusia dalam ilmu keagamaannya memang jadi jalan panjang. Pun saya masih dan akan terus berada di jalan belajar soal itu.
Baik masih jauh dari genggaman. Lupa selalu dekat, lalai seperti melekat.
Narasi doa pun ditambah, semoga Allah berkenan mempertemukan saya dengan manusia yang mau sama-sama mencari berkah dan ridhoNya. Yang sama-sama mau belajar lebih lagi soal Islam. Yang tidak hanya luas ilmunya tapi juga baik akhlak dan adabnya.
Narasi doa seperti ini saya rasa tidak berlebihan dan muluk ketika dipanjatkan kepada Yang Maha Memiliki, Yang Maha Mengasihi.
Berdoa tidak melulu soal hal besar, tapi sampai pada hal kecil semacam 'aduh lagi ingin makan ini ya Allah.'
Menyertakan Allah dalam tiap-tiap urusan pada praktiknya adalah hal yang tidak mudah. Seringnya manusia lalai ketika diberi nikmat, dan lupa pada Rabbnya. Tidak menyertakan Rabbnya dalam narasi kebahagiaan itu.
Tenggelam.
Prolog yang sebenarnya tidak terlalu berhubungan dengan apa yang ada di pikiran saya saat ini.
Menyoal soal spesifikasi doa, belakangan saya tidak terlalu meminta hal besar pada Allah. Seringnya saya minta untuk dikuatkan dalam menjalani apa-apa yang sudah ditetapkan. Memohon petunjuk dalam berjalan di dunia ini, mana yang Allah ridho dan ada berkahnya untuk saya.
Menyoal doa, saya sedang jarang meminta perkara jodoh, entahlah. Mungkin itu jadi salah satu hal yang ada di hati namun tak saya ucap, tapi yakin bahwa Allah Maha Mendengar.
Perkara soal jodoh, kriteria saya pernah setinggi langit. Lantaran, saya pernah menyadari bahwa saya mencari sosok imam yang akan memimpin saya dan keluarga saya kelak. Kriteria yang saya pikir terlalu muluk untuk saya yang biasa-biasa saja. Tapi, toh tak ada salahnya berharap Allah akan kabulkan kan?
Kemudian, kriteria ini jadi saya turunkan - terlalu muluk. Dan menurut saya, kriteria ini bisa 'sembari' dipelajari bersama, bila sama-sama berkeinginan untuk belajar.
Agama.
Rasulullah mengatakan agama sebagai kriteria pasangan paling terakhir, namun itu yang utama. Kadang, ketika berbicara agama sudah terlalu takut akan dipandang terlalu baik tapi ternyata itu hanya tipu daya setan supaya manusia semakin jauh dari Rabbnya.
Hal ini saya sadari karena percakapan dengan teman kemarin.
"Jangan diturunin, Pin standardnya. Sholat itu bukan kriteria, sholat itu wajib. KKM-lah istilahnya. Lo itu makmum, pasti mencari imam."
Dari narasi itu, saya seperti disadarkan bahwa sudah sholat saja belum cukup tapi bagi saya itu sudah seperti satu langkah menuju kebaikan selanjutnya.
Tak bisa dimungkiri, meski sholat adalah hal paling dasar tapi berapa banyak manusia yang sudah memiliki landasan seperti itu?
Perjalanan mengenal manusia dalam ilmu keagamaannya memang jadi jalan panjang. Pun saya masih dan akan terus berada di jalan belajar soal itu.
Baik masih jauh dari genggaman. Lupa selalu dekat, lalai seperti melekat.
Narasi doa pun ditambah, semoga Allah berkenan mempertemukan saya dengan manusia yang mau sama-sama mencari berkah dan ridhoNya. Yang sama-sama mau belajar lebih lagi soal Islam. Yang tidak hanya luas ilmunya tapi juga baik akhlak dan adabnya.
Narasi doa seperti ini saya rasa tidak berlebihan dan muluk ketika dipanjatkan kepada Yang Maha Memiliki, Yang Maha Mengasihi.
Komentar
Posting Komentar