Ternyata, untuk kembali membuka hati dan menerima seorang manusia masuk ke hidup itu bukan perkara mudah.
Meski sudah berusaha ramah, nyatanya ada satu dua hal yang membuat ragu.
Banyak pertanyaan di benak ini, ketika Allah menghadirkan satu manusia;
Apakah saya bisa mengontrol diri saya?
Lalu perasaan takut pun muncul yang ternyata bercabang alasannya. Namun, berusaha membulatkan alasan jika penyebab yang utama adalah takut Allah tidak ridho.
Seberusaha itu menahan hati agar tak mudah berbunga atas suatu yang tidak pasti. Memenuhi pikiran dengan hal-hal logis yang tak terlalu jauh ke depan. Memberi batasan pada diri jika yang datang ini adalah ujian sekaligus berkah yang Allah beri.
Entah akan lulus atau kembali berganti.
Tiap kali hati ingin bergetar, hati membatin dalam-dalam pada Pemilik Hati agar menjaganya. Supaya hati tak terlalu cinta pada makhluk melebihi cinta pada Rabbnya.
Ketakutan itu seakan memenuhi dada hingga tak ada kupu-kupu yang riuh di dalam perut. Rasa takut meredam segala rasa berbunga yang diam-diam ingin menyeruak ke luar dada. Meredam senyum tiga jari yang bisa bertahan hingga keesokan hari.
Takut, takut, takut lalu Allah beri petunjuk. Tak perlu menghabiskan waktu lebih lama, Allah seperti berbicara bahwa, sabar ya hambaKu, Aku sudah siapkan yang jauh lebih baik menurutKu untuk kamu. Meski dia tidak sempurna, tapi dia yang kamu butuhkan. Aku jauh lebih tahu daripada kamu. Aku jauh lebih tahu bagaimana kamu akan bahagia dengan orang ini.
Sekali lagi dan terus-terusan, Allah Maha Baik.
Komentar
Posting Komentar