Langsung ke konten utama

Bernapas Bebas

Sembilan hari di Wisma Atlet mengajarkan pelajaran berharga soal bersyukur. Bukan tentang membandingkan keadaan dengan orang tapi lebih berusaha peka lagi atas nikmat Allah yang sering diabaikan karena didapatkan secara cuma-cuma, oksigen dan bernapas.

Lorong yang saya lewati malam itu, memperlihatkan manusia-manusia yang tengah berjuang sekuat tenaga mereka untuk.. bernapas. Oksigen setinggi badan, berada di samping tempat tidur mereka. Bisa jadi, malam itu adalah malam ternyenyak mereka dari awal gejala melanda.

Kesulitan bernapas tak hanya dialami pasien, tetapi juga para nakes yang harus memakai baju pelindung hingga 8 jam bahkan lebih tanpa boleh diberi celah angin sedikit pun. Masker berlapis ditambah plester sana sini, pasti membuat mereka pun tak leluasa untuk menghirup udara.

Allah memberkahi para nakes dengan kekuatan dan kesabaran yang luar biasa.

Lagi-lagi Allah memberi pelajaran hidup ke saya, untuk lebih pasrah, untuk hanya bergantung kepadanya, untuk selalu yakin dan tidak khawatir karena sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. Segala bentuk kebaikan orang ke saya adalah rahmat Allah yang diturunkan ke hati masing-masing orang tersebut hingga akhirnya bantuan Allah sampai.

Tidak dapat dimungkiri sesekali rasa itu menghampiri, namun saya pikir masih manusiawi. Saya terus membatin, 'Allah pasti tolong saya'.

Lahawla.. sumber kekuatan hanya datang dari Yang Maha Memberi Kekuatan dan Maha Kuat. 

Allah sayang sekali saya sama, Allah selalu baik sama hambaNya yang selalu lalai ini. Ya Rabb.. terima kasih.

Komentar