Langsung ke konten utama

Memulai

Langkah pertama dalam hal apapun jadi yang paling sulit. Masih berkutat di konteks percintaan, ternyata memulai hubungan butuh tenaga yang banyak.

Rasanya, setelah mencoba berkenalan dengan beberapa orang di tahun ini, saya tidak lagi ada energi.

Takut adalah bahan bakar saya untuk terus mencoba. Entah benar atau salah. Perasaan takut kembali seperti dulu membayangi diri tak henti.

Tiap ada yang menarik hati, perasaan takut pun hadir membayangi. Pertanyaan di otak silih berganti. Meminta jawaban meski si empunya pun tidak tahu harus memberi jawaban apa.

Akhirnya, langkah kaki menjadi mundur. Menghilang jadi pilihan terdepan.

Lalu, ketika hati sudah baikan, ia akan coba kembali. 

Malam ini saya sadar. Perasaan takut itu perlu digali, dipulihkan. Dicari apa akar penyebabnya. Kalau tidak, saya akan terus-terusan takut atas hal yang saya pun tidak tahu pasti di sebelah mana penyebabnya.

Sedih sekali saya harus merasa seperti ini di saat ada manusia yang sedang menggugah hati.


Komentar

Popular

Bertanya

"Libatkanlah Allah dalam hal sekecil apapun." Pernyataan itu terngiang di kepala saja sejak lama. Saya berusaha supaya Allah terlibat dalam tiap langkah hidup saya. Bahkan, ketika saya memutuskan untuk bertemu yang terakhir kali saja saya berdoa dalam-dalam; "Kalau Opin gak boleh ketemu, tolong hujan aja ya Allah, tapi kalau boleh dan Opin nggak apa-apa tolong dibantu." Lalu, di hari yang sudah sangat gelap itu, tidak setetes air pun turun, hingga saya sampai di rumah. Saya percaya, Allah akan selalu bantu, Allah akan kasih arahan. "Kalau tidak baik, mohon dilapangkan.." Doa itu kembali saya ulang-ulang, hingga sepertinya hati sudah lapang. Ada yang tadinya mendekat, lalu pergi kemudian. Meski saya tidak tahu ke depannya seperti apa, tapi hati rasanya lapang dan hanya menerima dan berprasangka bahwa ini adalah jawaban dari doa. Ketika hari-hari yang lalu, manusia ini jadi nama pertama yang muncul, kini tidak lagi. Bahkan, ketika melihat namanya muncul, tak...