Setelah sekian lama tidak bertemu dengan titik hitam itu, ia kembali menemui saya. Mungkin tak segelap dulu, tapi tetep menyiksa.
Segala gelisah dan cemas, saya paksa redam dalam tidur berjam-jam. Namun, rasa tak enak masih ada dan seperti tak berkesudahan.
Saya harus merelakan tiga hari untuk meringkuk di kasur. Berusaha menerima segala emosi negatif yang sedang datang membelenggu. Semua daya upaya untuk meredakannya seperti ditepas sana dan sini. Tak ada pilihan selain merangkulnya, menerima diri saya yang sedang meredup.
Pikiran yang lalu seakan bersautan.
"Kenapa.." ada di tiap bagian otak saya yang tentu saja tidak akan menemukan jawabnya.
Dan dari semua yang paling menyiksa adalah pikiran bahwa saya sendirian. Berulang kali saya coba katakan bahwa hal itu tidak benar, tapi berulang kali juga sisi waras saya kalah.
"Iya, saya sendirian. Iya, tidak ada yang peduli. Iya, dunia akan selalu baik-baik saja meski saya tidak ada."
Lalu, sekelebat bayangan keluarga melintas di tengah badai hitam itu, namun tak juga bisa meredakan amukannya.
Saya tahu hal ini tidak boleh terus-terusan saya resapi. Walau tidur tak meredakannya, tetapi tidur membantu saya untuk tak mengaplikasikan pikiran saya ke realita.
Hari ketiga.. rasanya energi saya habis hingga ujung jari. Saya tidak tahu harus dari mana mengisi pundi-pundi energi. Memikirkan bahwa esok hari saya harus menghadapi dunia membuat saya ingin tenggelam saja.
Bismillah, ya Allah tolong bantu saya, tolong kuatkan saya. Hanya itu yang bisa keluar dari mulut.
Mungkin bukan hari kerja terbaik saya, tapi saya bangga karena bisa bangkit dengan energi yang sedikit. Memasukkan segenggam demi segenggam energi ke dalam tabung diri.
Sampai hari ini, tabung energi belum utuh sepenuhnya. Kadang ia naik, lalu turun, tapi badai hitam sudah pergi jauh. Saya bangga dan bersyukur atas diri saya yang tak terlena untuk berputar dalam badai itu, meski berat ia berusaha keluar dari sana. Menarik dirinya kuat-kuat lalu memberi pelukan hangat di akhirnya. Terima kasih diri.
Ayo diri, kau kuat.
BalasHapus